Psikologi Remaja Awal

adsense 336x280
A.       DEFINISI MASA REMAJA
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa kanak-kanak sampai ke masa dewasa.  Dalam masyarakat modern, perjalanan dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan ditandai tidak dengan satu peristiwa, melainkan periode panjang yang disebut dengan masa remaja (adolescence). Dalam ilmu psikologi istilah ini juga sering disebut dengan puberteit, adolescence, dan youth.
Menurut pandangan psikolog, G. Stainley Hall, masa remaja adalah masa pergolakan. Hall mengkonsepkan masa ini sebagai “storm and stress view” atau “pandangan badai dan stress”. Dalam konsep tersebut Hall menyatakan bahwa remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi dengan konflik dan perubahan suasana hati.[1] Artinya remaja dalam hal berpikir, perasaan, dan tindakannya masih berubah-ubah (labil) antara baik dan buruk, atau kebahagiaan dan kesedihan.
Lain halnya dengan G. Stanley Hall, Antropolog Margaret Mead menyimpulkan bahwa hakikat remaja tidak bersifat sebiologis yang dikatakan Hall. Akan tetapi lebih bersifat sosio-budaya.[2]
 Peralihan ke masa remaja menururt Hurlock, remaja awal (12/13 th – 17/18 th), remaja akhir (17/18 th – 21/22 th). WHO menyatakan walaupun definisi remaja utamanya didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) perempuan, namun batasan itu juga berlaku pada remaja laki-laki, dan WHO membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun.[3] Hal ini ditandai dengan perubahan besar pada fisik, kognitif, dan psikososial yang saling berkaitan.
Namun dalam penentuan masa awal dan berakhirnya remaja terdapat perbedaan. Ada yang menyebutkan juga mulai dari usia 10-22 tahun, 12-21 tahun, 12-23 tahun, dan lain-lain. Hal tersebut didasarkan kepada hasil penelitian dari masing-masing ahli.
Sebelum mencapai masa remaja, individu telah mengalami serangkaian perkembangan dan memperoleh banyak pengalaman. Definisi mengenai remaja sebenarnya tidak hanya mengenai berapa usia seseorang dikatakan sebagai remaja, akan tetapi juga pengaruh sosio-historis. Pada masa ini erat kaitannya dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.
Perubahan biologis mencakup perubahan-perubahan dalam hakikat fisik individu. Dan perubahan kognitif adalah meliputi perubahan-perubahan dalam pikiran, intelegensi, dan bahasa tubuh. Sedangkan perubahan sosio-emosional meliputi perubahan-perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain, emosi,  kepribadian, dan peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Ketiga proses ini saling terkait erat.
Dalam makalah ini, penulis akan memfokuskan pembahasan pada “masa remaja awal” yang ditetapkan antara usia 13-15 tahun. Pada usia ini, ditandai dengan bangkitnya akal, nalar, dan kesadaran diri. Dalam masa ini juga terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh rasa keingintahuan.
Masa remaja awal (early adolescence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama sampai akhir. Remaja awal adalah masa transisi yang paling awal dari masa kanak-kanak. Masa ini bersifat kompleks dan multidimensional, karena melibatkan berbagai aspek kehidupan individu.[4] Remaja awal biasanya ditandai dengan keinginan untuk bebas, lebih banyak memperhatikan kondisi tubuhnya dan mulai berpikir abstrak, serta lebih dekat dengan teman sebayanya.
B.       PERKEMBANGAN FISIK PADA MASA REMAJA AWAL
Kemunculan pubertas telah diprogram di dalam gen setiap manusia. Pubertas berlangsung tidak hanya dapat diukur melalui usia manusia, akan tetapi faktor lingkungan juga turut mempengaruhi kemunculan dan lamanya masa pubertas.
Pubertas dimulai dengan peningkatan tajam dari produksi hormon terkait jenis kelamin dan terjadi dalam dua tahap: adrenarche, matangnya kelenjar adrenal, diikuti beberapa tahun berikutnya oleh gonadarche, kematangan organ seksual dan munculnya perubahan pubertas yang lebih tinggi.
Kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal, secara bertahap dan meningkat mengeluarkan androgen, pada dasarnya dehydroepiandrosterone (DHEA). Terjadi antara usia 6 dan 9 tahun. DHEA berperan terhadap tumbuhnya rambut dibagian kemaluan, ketiak, wajah, juga pertumbuhan tubuh yang lebih cepat, kulit yang lebih berminyak, dan perkembangan bau badan. Di usia 10 tahun, tingkat DHEA sepuluh kali lebih banyak. Dan ketertarikan seksual terjadi pada usia tersebut, baik perempuan maupun laki-laki.[5]
Kematangan seksual pada sekitar tahun berikutnya yaitu 13 sampai 15 tahun kemudian memicu produksi DHEA berikutnya, yang kemudian meningkat hingga dewasa. Pada tahap kedua ini, gonadarche, indung telur anak perempuan mulai mengeluarkan estrogen, yang merangsang pertumbuhan alat kelamin perempuan dan perkembangan payudara. Pada anak laki-laki, testis meningkatkan produksi androgen, terutama testosteron, yang merangsang pertumbuhan kelamin anak laki-laki, massa otot, dan rambut tubuh.[6]
Anak perempuan dan laki-laki memiliki dua tipe hormon, yaitu: androgen, jenis utama dari hormon seks laki-laki, dan estrogen, jenis utama dari hormon perempuan.Waktu yang tepat saat aktivitas hormonal ini dimulai tergantung pada pencapaian berat badan yang kritis.
Testosteron adalah androgen yang berperan penting bagi perkembangan pubertas laki-laki. Selama masa pubertas, munculnya kadar testosteron berkaitan dengan sejumlah perubahan fisik pada laki-laki, termasuk perkembangan genital eksternal, bertambahnya tinggi badan dan perubahan suara. Kadar testosteron juga berkaitan dengan hasrat dan aktivitas seksual.
Estradiol adalah estrogen yang berperan penting dalam perkembangan pubertas perempuan. Peningkatan kadar estradiol berpengaruh dengan perkembangan payudara, rahim, dan perubahan kerangka. Sedangkan hasrat dan aktivitas seksual pada perempuan kurang terlihat jelas dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Dalam sebuah studi, ditemukan bahwa kadar testosteron meningkat sebesar 18 kali lipat pada laki-laki namun hanya 2 kali lipat pada perempuan selama masa pubertas. Kadar estradiol meningkat sebesar 8 kali lipat pada perempuan namun hanya 2 kali lipat pada laki-laki selama masa pubertas.[7]
Sistem endokrin berperan di masa pubertas melibatkan interaksi dari hipotalamus, kelenjar pituitari, kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan gonad (kelenjar seks).[8] Hipotalamus terletak dibagian atas otak yang memonitor kegiatan makan, minum dan seks.
Kelenjar pituitari adalah kelenjar endokrin yang mengontrol pertumbuhan dan meregulasi kelenjar-kelenjar lain. Kelenjar tiroid, berinteraksi dengan kelenjar pituitari untuk mempengaruhi pertumbuhan. Kelenjar adrenal berinteraksi dengan kelenjar pituitari dan agaknya berperan dalam perkembangan pubertas, kurang diketahui juga fungsinya selain sebagai kelenjar seks. Meskipun demikian, penelitian baru-baru ini membuktikan bahwa kelenjar adrenal terlibat dalam perilaku remaja, khususnya remaja laki-laki.
Gonad (kelenjar seks) kelenjar ini terdiri dari testis pada laki-laki dan indung telur pada perempuan. Kelenjar seks sangat terlibat dalam penampilan karakteristik seks sekunder.
Karakteristik seks primer dan sekunder[9]  Karakteristik seks primer adalah perubahan biologis secara langsung melibatkan organ-organ yang diperlukan untuk reproduksi. Pada perempuan organ-organ ini adalah indung telur, tuba falopi, rahim, dan vagina. Sedangkan pada laki-laki adalah testis, penis, skrotum, vesikula seminalis, dan kelenjar prostat. Selama pubertas organ-organ ini menjadi lebih besar dan matang.
Karakteristik seks sekunder  adalah tanda-tanda filosofis dari kematangan seksual yang tidak secara langsung melibatkan organ seks, misalnya payudara pada perempuan dan bahu bidang pada laki-laki. Dan yang lainnya adalah perubahan pada suara dan tekstur kulit, perkembangan otot, serta tumbuhnya rambut di kemaluan, wajah, ketiak, dan sekujur tubuh.
Tanda-tanda kematangan seksualitas pada masa remaja yaitu produksi sperma (spermarche) pada laki-laki dan menstruasi (menarche) pada perempuan. Ejakulasi pertama, spermarche atau mimpi basah pertama kali terjadi rata-rata pada usia 13 tahun. Sedangkan menstruasi (menarche) adalah luruhnya jaringan dari dinding rahim. Menstruasi terjadi relatif lebih lambat dalam tahapan perkembangan perempuan. Waktu normalnya dapat bervariasi dari usia 10 sampai 16 tahun. Hal ini sangat dipengaruhi oleh genetik, fisik, emosional, dan lingkungannya. Usia saat perempuan mendapati menstruasi cenderung mendekati usia ibunya saat mendapati menstruasi pertamanya.
Di antara perubahan fisik yang terjadi selain kematangan seksual, yang paling tampak nyata semasa pubertas adalah meningkatnya tinggi dan berat badan. Lonjakan pertumbuhan pada remaja perempuan adalah 2 tahun lebih awal dibandingkan denga remaja laki-laki. Lonjakan ini terjadi selama 2 tahun. Remaja perempuan biasanya bertambah tingginya 3,5 inci dan remaja laki-laki bertambah 4 inci.
Di awal masa remaja, remaja perempuan cenderung lebih tinggi dibanding dengan remaja laki-laki. Sedangkan kecepatan pertambahan berat badan remaja kira-kira mengikuti jadwal perkembangan yang sama seperti pertambahan tinggi badan mereka. Sepanjang masa remaja awal, remaja perempuan juga cenderung lebih berat daripada remaja laki-laki. Tetapi setelahnya atau sekitar 14 sampai 15 tahun remaja laki-laki biasanya dapat mengejar ketertinggalannya tersebut.
Sekelompok perubahan psikologis menyertai perkembangan pubertas remaja. Salah satu aspek psikologis dari perubahan fisik dimasa pubertas adalah remaja menjadi amat memperhatikan tubuh mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh merek tampaknya.
Perbedaan gender menandai persepsi remaja mengenai tubuh mereka. Pada umumnya, remaja perempuan akan kurang puas dengan kondisi tubuhnya dan lebih banyak memiliki citra tubuh yang negatif.
Perubahan struktur otak berkaitan dengan emosi, penilaian, organisasi perilaku, dan kontrol diri berlangsung secara dramatis pada masa remaja. Aktivitas otak remaja awal dalam mengidentifikasi emosi dalam gambar wajah cenderung menggunakan amigdala, bagian otak dalam lobus temporal yang kecil dan berbentuk seperti kacang almond, yang berperan besar dalam reaksi emosional dan instingtual.
Pada remaja awal, perkembangan otak yang belum matang dapat membuat perasaan atau emosi mengalahkan akal sehat. Ini merupakan alasan mengapa remaja awal sering membuat pilihan yang tidak bijaksana, seperti penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang serta melakukan aktivitas seksual beresiko.
Melalui Magnetic Resonance Imaging (MRI), para ilmuwan menemukan bahwa otak anak-anak dan remaja memperlihatkan perubahan anatomi yang signifikan antara usia 3 sampai 15 tahun. Jumlah materi di sejumlah area materi di otak hampir mencapai dua kali lipat dalam satu tahun, yang diikuti dengan menurunnya jaringan karena sel-sel yang tidak dibutuhkan dipangkas dan otak terus-menerus melakukan reorganisasi.



[1]John W. Santrock, Remaja, Edisi Kesebelas, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 6.
[2] Ibid., hlm. 7.
[3] Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, Edisi Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 12.
[4] Ibid., hlm. 23.
[5] Ibid., Human Development: Perkembangan Manusia, hlm. 10.
[6] Ibid., hlm. 10.
[7] Ibid., Remaja, hlm. 84.
[8] Ibid., hlm. 85.
[9] Ibid., Human Development, hlm. 11.
adsense 336x280

0 Response to "Psikologi Remaja Awal"

Post a Comment