Jangan langsung marah apabila berhadapan dengan pemuda yang penuh masalah dan telah terjerumus kepada sesuatu kemaksiatan, karena Nabi saw pernah didatangi seorang laki-laki dari kalangan sahabat yang terjerumus meminum khamar lebih dari lima puluh kali.
Cerita ini termuat dalam Shahih Bukhari:
Setiap
kali orang ini diserahkan kepada Nabi saw, beliau melaksanakan hukuman hudud
atasnya. Sebagian sahabat ada yang berkata, “Semoga Allah merendahkannya,
selalu saja dia dilaporkan kepada Nabi karena kasus khamar.” Nabi saw marah
seraya berkata, “Jangan berkata demikian, jangan menolong setan lebih mudah
memperdayakannya. Demi Zat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, aku tidak
mengetahui dari orang ini kecuali bahwa dia mencintai Allah dan Rasul-Nya.”
Alangkah
indahnya cara Rasulullah saw dalam mendidik umatnya. Oleh karena itu pula kita
tidak boleh membuat manusia berputus asa dari rahamat Allah, walau sebesar apa
pun dosa dan kesalahan yang telah dia lakukan. Hendaknya kita tetap menganggap
mereka itu bagian dari umat Muhammad saw, mereka tetap menjadi harapan bagi
umat ini dan suatu hari akan terbuka pintu tobat bagi mereka, dan mereka
menjadi orang yang benar, penuh keikhlasan, serta selalu bertobat dan rendah
hati.
Jangan
pula cepat berputus asa jika seruannya tidak langsung diterima oleh masyarakat.
Sebaliknya dia harus senantiasa berasabar dan tabah, selalu berdoa bagi mereka
dalam sujud, selalu riang gembira bahwa suatu saat nanti dia akan berbahagia
karena dakwahnya akan diterima dengan tidak mengharapkan hasil dalam sekejap.
Rasulullah
saw berdakwah di Mekkah selama 13 tahun tanpa putus asa, dengan segala
rintangan, hinaan, cacian, dan kesusahan. Sungguh, segala kesusahan yang
dihadapi semua juru dakwah belum apa-apa jika dibandingkan dengan kesusahan
yang pernah dihadapi Nabi Muhammad saw.
Namun
begitu, beliau tetap tabah dan dapat menahan diri tidak bersikap emosional,
padahal telah datang malaikat yang mengurus gunung-gunung seraya berkata kepada
beliau, “Apakah Engkau memintaku mengembalikan tanah tempet mereka tinggal ini?”
Nabi Muhammad saw menjawab, “Tidak, aku hanya memohon kepada Allah semata dan
tidak menyekutukan-Nya.”
Benar-benar
indah! Begitulah jika seorang da’i tidak berputus asa. Bisa saja seorang pelaku
maksiat berubah menjadi seorang imam masjid, khatib, atau ulama. Janganlah
berputus asa dari nikmat Allah. Rahmat Allah lebih luas dari apa pun, Dia Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dari buku Menjadi Manusia Terindah dalam Cinta dan Cita Islami
0 Response to "Jangan Pesimis Dari Rahmat Allah"
Post a Comment