Judul Buku : #RembangMelawan
Membongkar Fantasi Pertambangan Semen di
Pegunungan Kendeng
Penerbit :
Literasipress
Nama Penulis : Dwi Cipta
dan Hendra Try Ardianto
Tahun Penerbitan : 2015
Cetakan Ke : 1
No ISBN : 978-602-1093-11-5
Tebal : xxxii + 192
Halaman
Judul : Kartini dari Lereng Kendeng
Bahwa, sumber daya alam Indonesia sungguh sangat luas dan tiada terhingga
nilainya. Semua terhampar dan
tersedia secara luas untuk penghidupan makhluk di dalamnya. Akan tetapi, eksploitasi
sumber-sumber pangan tanpa mengindahkan keberlangsungan ekologis telah menjadi
wajah buram negeri ini.
Wajah pertambangan yang menghampar diseluruh pelosok Jawa Tengah telah
menjadi andil terbesar dalam kebencanaan selama ini. Salah satunya adalah pembangunan
pabrik semen oleh PT. Semen Indonesia di Rembang yang menuai banyak penolakan
dari banyak kalangan. Hal ini mengakibatkan konflik lingkungan di Rembang
menjadi masalah nasional yang semakin serius dan melibatkan banyak pihak.
Istilah
“Rembang Melawan” sudah banyak diungkap oleh media sosial. Istilah tersebut merupakan
reaksi perlawanan ibu-ibu Rembang yang ratusan hari tinggal di tenda perjuangan.
Hal tersebut dilakukan tidak lain sebagai aksi protes atas rencana pertambangan
di Pegunungan Kendeng, (halaman cover buku).
Analisis pertama yang dibahas pada buku rembang melawan ini adalah kajian potensi kawasan
karst Kendeng Utara Pegunungan Rembang Madura. Berdasarkan
penelitian penulis kawasan Kendeng Utara ini memiliki potensi yaitu kaya akan
batu kapur, sehingga tidak salah apabila kawasan tersebut menjadi incaran PT.Semen Indonesia. Penulis juga menjabarkan
terkait tentang relasi negatif antara kesejahteraan dengan pertambangan tersebut.
Konflik #RembangMelawan ini dimulai dengan masuknya PT.Semen Indonesia ke kawasan Pegunungan Kendeng.
Masyarakat setempat khususnya ibu-ibu menolak dengan keras kehadiran PT.Semen tersebut, menurut mereka hal itu akan berdampak besar
pada lingkungan setempat.
Berbagai cara telah mereka tempuh demi mencapai keadilan, namun mereka
selalu mendapatkan perlakuan tidak adil dari pemerintah bahkan kekerasan dari
aparatur negara yang berjaga-jaga di sekitaran tenda sering mereka terima. Dituliskan
bahwa aparatur negara lebih berpihak pada PT.Semen
Indonesia daripada masyarakat Rembang sendiri.
Pada bagian 12 di buku ini penulis menceritakan tentang realita perlawanan
ibu-ibu Rembang yang harus tinggal di tenda selama 280 hari demi memperjuangkan
desa mereka. Hal tersebut berdampak langsung pada perekonomian masyarakat di
Pegunungan Kendeng. Perjuangan yang dilakukan oleh ibu-ibu Rembang tersebut
tidak mendapat reaksi positif dari pemerintah Jawa Tengah. Pemerintah selalu
berpihak pada pemodal dan sama sekali tidak mempedulikan keberadaan ibu-ibu di
tenda keprihatinan, (halaman 144).
Perjuangan yang dilakukan ibu-ibu Rembang mendapat sorotan negatif dari
berbagai media massa. Bukannya mengabarkan kebenaran, koran-koran dan beberapa
website malah memberitakan berita dusta yang memojokkan ibu-ibu di Rembang, (halaman
iii). Lengkap sudah penderitaan yang mereka alami.
Buku #RembangMelawan merupakan kumpulan tulisan yang ditulis oleh beberapa
orang dengan latar belakang yang beragam, mulai dari akademisi, aktivis, jurnalis,
hingga para peneliti, (halaman iv). Tulisan-tulisan dalam buku ini sebelumnya
telah dimuat di berbagai media. Tiga belas tulisan tersebut dibagi menajadi
tiga tema utama yakni, analisis, kritik, dan gerakan. Ditambah lagi dua bagian tambahan yang mengawali dan
mengakhiri buku, yaitu prolog dan epilog.
Tema analisis berisi uraian analitik tentang persoalan yang terjadi di
Rembang, mulai dari segi ekonomi, hukum, ekonomi-politik, kebijakan, hingga kegeologian.
Sedangkan tema kritik berisi bahasan-bahasan yang mengkritisi berbagai
persoalan yang muncul dari konflik lingkungan di Rembang, seperti kepemimpinan
politik, tanggung jawab keilmuan, sisi kemanusiaan, hingga penggunaan
kekuasaan. Terakhir, tema gerakan mengupas berbagai cara pandang melihat
gerakan penolakan tambang semen di Pegunungan Kendeng.
Buku #RembangMelawan ini sangat tepat dibaca oleh orang dewasa yang tertarik
dengan topik pembahasan mengenai masalah-masalah sosial yang sedang melanda
negeri seribu pulau ini. Disajikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami
oleh pembaca merupakan nilai tambah tersendiri.
Buku ini memiliki kelebihan dalam hal kekayaan perspektif dan sebaran data
yang sangat beragam, karena buku ini merupakan buku yang ditulis oleh banyak
orang (buku antologi). Tulisan-tulisan yang semula terpisah kemudian dijadikan
satu kumpulan akan membuat pembaca dimanjakan dengan berbagai cara pandang baru
dalam melihat sebuah persoalan. Namun, buku ini memiliki kelemahan pada fokus utama. Sejak
awal tulisan-tulisan dalam buku ini telah berdiri sendiri dan tidak terkoneksi
dalam satu kesatuan gagasan yang utuh. Namun kelemahan tersebut telah disiasati
dengan menyambungkan argumen antar tulisan sehingga menjadi tiga tema.
Secara keseluruhan, saya berkesimpulan
bahwa buku ini menarik, berbobot, dan membuka wawasan. Dengan membeli
buku #RembangMelawan, berarti anda telah membantu perjuangan ibu-ibu di
Rembang, karena 50% keuntungan buku ini akan disumbangkan untuk menyokong
gerakan ibu-ibu di tenda perjuangan. Selamat membaca!
0 Response to "Review buku #RembangMelawan "
Post a Comment