Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia

adsense 336x280
ABSTRAK
            Perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia menarik untuk dikaji. Hal tersebut dikarenakan perubahan sosial budaya di Indonesia terjadi semakin kompleks. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui serta mendiskripsikan perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia. Berdasarkan hasil tinjauan pustaka dapat disimpulkan  bahwa, perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia dipengaruhi oleh agama-agama besar di dunia. Agama-agama tersebut membawa sejumlah suku bangsa Indonesia ke dalam interaksi lintas budaya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam tata masyarakat. Raja merupakan faktor penentu kepercayaan masyarakat Indonesia yang sanggup mematangkan rangsangan untuk menuju perubahan. Perubahan tersebut bertujuan agar kehidupan bisa selaras dengan perkembangan zaman.
Bab I
Pendahuluan
Manusia dikenal sebagai homo socius dan homo sapiens. Manusia dilahirkan sebagai makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri. Manusia selalu berpikir dan melahirkan beragam perilaku. Perilaku tersebut disesuaikan dengan perubahan sosial budaya yang ada.[1] Sejauh ini kita telah membangun sebuah model realitas sosial bertingkat ganda. Realitas sosial tersebut diberi dinamika berupa pelaksanaan fungsi internal dan transformasi.[2]
Perubahan merupakan kata yang tidak asing di telinga kita. Mengapa sesuatu harus berubah?, salah satu tujuannya yaitu menuju kearah yang lebih baik. Perubahan (change) merupakan sebuah dimensi budaya. Sampai saat ini, belum ada definisi khusus yang menjelaskan konsep perubahan, apakah perubahan tersebut timbul karena kejenuhan terhadap suatu hal atau timbul karena faktor lain. Hal yang kita tahu, perubahan tersebut bersifat dinamis. Artinya, perubahan akan terus terjadi sesuai dengan arah kebutuhan manusia.[3]
Selain itu, adanya perubahan pasti akan menimbulkan akibat. Jika yang terjadi adalah perubahan sosial budaya, pasti yang akan terkena dampaknya adalah masyarakat. Pada umumnya, masyarakat lebih menyukai kehidupan yang biasa. Sebagian dari mereka menolak hal-hal yang baru karena dianggap dapat menimbulkan perubahan. Walaupun demikian, pada akhirnya ada beberapa perubahan yang diterima secara langsung maupun diam-diam.[4]
Munculnya perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia didorong oleh kesadaran umat manusia yang saling bergantung satu sama lain dalam setiap aspek kehidupannya. Bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, perubahan cepat dalam masyarakat terjadi dimana-mana.[5]


BAB II
Pembahasan
Kerangka Teori

      Membahas teori perubahan sosial (social change theory), August Comte (1798-1857) membagi dalam dua konsep penting; yaitu social static (bangunan struktural) dan social dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural merupakan hal-hal yang mapan, berupa struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai struktur sosial yang ada dimasyarakat yang melandasi dan menunjang orde, tertib, dan kestabilan masyarakat. Hasrat dan kodrat manusia adalah persatuan, perdamaian, kestabilan atau keseimbangan. Tanpa unsur-unsur struktural ini kehidupan manusia tidak dapat berjalan.[6]
      Menurut Ritzer, Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala sesuatu yang ada didunia ini akan selalu berubah. Perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras tergantung situasi (fisik, buatan atau sosial) yang mempengaruhinya. Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antar individu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu.[7]
      Dalam pembahasan istilah Perubahan Sosial (social chsnge), kata social tidak sama dengan societal, meskipun keduanya berasal dari kata ‘socius’. ‘social’ berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama. Struktur sosial mencakup interaksi sosial dan hubungan sosial. Interaksi sosial mencakup interaksi lembaga sosial, individu dalam tata hubungan yang dikendalikan oleh kepentingan tertentu. Interaksi sosial meliputi hubungan antar lembaga, individu yang bersifat umum yang memiliki dasar kemasyarakatan. Struktur sosial adalah suatu tatanan hierarchi dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu, di dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.[8]

Sejarah perubahan sosial budaya di Indonesia
    
      Indonesia memiliki sejumlah kerajaan, diantaranya; Samudera Pasai, Mataram, dan Majapahit. Munculnya kerajaan-kerajaan ini terjadi setelah bagian-bagian tertentu dari bangsa Indonesia menyerap konsep-konsep keagamaan dan ketatamasyarakatan dari bangsa-bangsa lain. Telah terjadi dalam sejarah budaya indonesia bahwa tarikan dari agama-agama besar di dunia (Kristen, Buddha, Hindu, dan Islam) yang membawa sejumlah suku bangsa Indonesia ke dalam interaksi lintas budaya, pada akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam tata masyarakat.[9]
      Bersamaan dengan penyerapan agama-agama baru tersebut diambil alih pula pengetahuan dan penggunaan aksara (Pre-Negari, Pallawa, Arab). Hal inilah yang memungkinkan kita sekarang dapat meperoleh data tekstual mengenai masa lalu. Tiga pengalaman besar dalam akulturasi di Indonesia adalah: pertama, ketika menyerap agama Hindu-buddha secara selektif, kemudian yang kedua adalah akulturasi dengan peradaban islam, dan yang terakhir adalah akulturasi dengan kebudayaan Eropa yang terjadi bersamaan dengan proses kolonialisasi dan penjajahan oleh bangsa-bangsa Eropa.[10]  
      Budaya di Indonesia sampai tahun 1800, terdiri dari tiga “nebula sosial-budaya” antara lain : (1) Pembaratan (2) Jaringan Asia (Islam dan China dalam simbiosis yang istimewa) dan (3) Idianisasi. Ketiganya saling berinteraksi dalam osmosis yang terus menerus dengan keadaan lokal Jawa sendiri menjadikan kasus jawa sebagai kasus yang istimewa. Dalam pengamatan yang dilakukan Lombard, di Indonesia bentuk kebudayaan China dan kebudayaan Islam telah tercapai integrsi yang cukup baik melalui interaksi yang sangat serasi antara penduduk keturunan China dengan penduduk lokal (pribumi).[11]            Kebudayaan Islam dan China sejak lama mengalami integrasi dalam bentuk keharmonisan antar suku/budaya/agama sampai 1672. Banyak masjid didirikan dengan tenaga dan arsitek dari China, seperti halnya model klenteng dan ruko dibeberapa kota pelabuhan di Pantai utara. Tidak terhitung lagi model akulturasi di Indonesia yang berkembang sangat merakyat sehingga seringkali masyarakat melihat sebagai hal yang biasa.[12]
       Selo Soemardjan melihat perubahan sosial di Yogyakarta dengan mengetengahkan kekuatan politik dan pemerintahan Republik Indonesia sebagai inovator proses perubahan. Hasrat yang kuat dalam masyarakat dan kepercayaan kepada Raja menjadi faktor penentu yang sanggup mematangkan rangsangan untuk menuju perubahan.[13]         
      Perubahan cepat atau lambat pasti akan terjadi. Perubahan lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat.  Masyarakat ada yang menolak dan ada yang menerima perubahan tersebut. Walaupun demikian, perubahan akan tetap berlangsung. Proses perubahan cepat disebut revolusi. Contoh perubahan revolusi adalah penggunaan HP.[14] Perubahan merupakan proses yang wajar.[15]
      Munculnya perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia didorong oleh kesadaran umat manusia yang saling bergantung satu sama lain dalam setiap aspek kehidupannya. Bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, perubahan cepat telah terjadi. Teknologi informasi ini telah membawa perubahan-perubuhan dalam proses pengolahan, penyimpanan, distribusi data dan informasi. Data informasi telah dapat disimpan dan dikomunikasikan dalam jumlah yang hampir tak terbatas dalam waktu yang relatif cepat.[16]

BAB III
Penutup

Kesimpulan
     
      Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala sesuatu yang ada di dunia ini akan selalu berubah. Agama-agama besar di dunia (Kristen, Buddha, Hindu, dan Islam) membawa sejumlah suku bangsa Indonesia ke dalam interaksi lintas budaya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam tata masyarakat. Bersamaan dengan penyerapan agama-agama tersebut diambil alih pula pengetahuan dan penggunaan aksara.
      Hasrat yang kuat dalam kepercayaan masyarakat Indonesia kepada Raja menjadi faktor penentu yang sanggup mematangkan rangsangan untuk menuju perubahan. Hasrat dan kodrat manusia adalah persatuan, perdamaian, kestabilan atau keseimbangan. Munculnya perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia didorong oleh kesadaran umat manusia yang saling bergantung satu sama lain dalam setiap aspek kehidupannya. Perubahan sosial budaya bertujuan agar kehidupan bisa selaras dengan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Murniatmo, Gatut, Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya     Masyarakat Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: CV. Fica Sari, 1996.
Salim, Agus, Perubahan Sosial: Sketsa Teori Refleksi Metodologi Kasus Indonesia.            Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 2004.
Sedyawati, Edi, Budaya Indonesia: Kajian Arkeolog, Seni, dan Sejarah,  Jakarta: PT.        Raja Grafindo Persada, 2006.
Sztompka, Piotr, Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2007.




                [1]Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Prenada, 2007), hlm. 65.
                [2] Ibid., hlm. 269.
                [3] Ibid., hlm. 6.
                [4] Ibid., hlm. 7.
                [5] Gatot Murniatmo, Dampak Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat, (Yogyakarta:  CV. Fica Sari, 1996),  hlm. 30.

                [6] Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2004),  hlm. 9.
                [7] Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan, hlm. 5.
                [8] Agus Salim, Perubahan Sosial,  hlm. 15-17.
                [9] Edi Sedyawati, Budaya Indonesia: Kajian Arkeologi, Seni, dan Budaya, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hlm. 316.
                [10] Ibid., hlm. 317.
                [11] Agus Salim, Perubahan Sosial, hlm. 165.
                [12] Ibid., hlm. 166.
                [13] Ibid., hlm. 189.
                [14] Gatot Murniatmo, Dampak Globalisasi Informasi, hlm. 30.
                [15] Agus Salim, Perubahan Sosial, hlm. 10.
                [16] Gatot Murniatmo, Dampak Globalisasi,hlm. 31.
adsense 336x280

0 Response to "Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia"

Post a Comment