ABSTRAK
Perubahan
sosial budaya masyarakat di Indonesia menarik untuk dikaji. Hal tersebut
dikarenakan perubahan sosial budaya di Indonesia terjadi semakin kompleks.
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui serta mendiskripsikan
perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia. Berdasarkan hasil tinjauan
pustaka dapat disimpulkan bahwa, perubahan
sosial budaya masyarakat di Indonesia dipengaruhi oleh agama-agama besar di dunia.
Agama-agama tersebut membawa sejumlah suku bangsa Indonesia ke dalam interaksi
lintas budaya, yang pada akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam tata
masyarakat. Raja merupakan faktor penentu kepercayaan masyarakat Indonesia yang
sanggup mematangkan rangsangan untuk menuju perubahan. Perubahan
tersebut bertujuan agar kehidupan bisa selaras dengan perkembangan zaman.
Bab I
Pendahuluan
Manusia dikenal sebagai homo socius dan
homo sapiens. Manusia dilahirkan
sebagai makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri. Manusia selalu berpikir dan melahirkan
beragam perilaku. Perilaku tersebut disesuaikan dengan perubahan sosial budaya
yang ada.[1] Sejauh ini kita telah
membangun sebuah model realitas sosial bertingkat ganda. Realitas sosial
tersebut diberi dinamika berupa pelaksanaan fungsi internal dan transformasi.[2]
Perubahan merupakan kata yang tidak asing di telinga kita. Mengapa sesuatu
harus berubah?, salah satu tujuannya yaitu menuju kearah yang lebih baik.
Perubahan (change) merupakan sebuah
dimensi budaya. Sampai saat ini, belum ada definisi khusus yang menjelaskan
konsep perubahan, apakah perubahan tersebut timbul karena kejenuhan terhadap
suatu hal atau timbul karena faktor lain. Hal yang kita tahu, perubahan
tersebut bersifat dinamis. Artinya, perubahan akan terus terjadi sesuai dengan
arah kebutuhan manusia.[3]
Selain itu, adanya perubahan pasti akan menimbulkan akibat. Jika yang
terjadi adalah perubahan sosial budaya, pasti yang akan terkena dampaknya
adalah masyarakat. Pada umumnya, masyarakat lebih menyukai kehidupan yang
biasa. Sebagian dari mereka menolak hal-hal yang baru karena dianggap dapat
menimbulkan perubahan. Walaupun demikian, pada akhirnya ada beberapa perubahan
yang diterima secara langsung maupun diam-diam.[4]
Munculnya
perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia didorong oleh kesadaran umat
manusia yang saling bergantung satu sama lain dalam setiap aspek kehidupannya.
Bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
perubahan cepat dalam masyarakat terjadi dimana-mana.[5]
BAB II
Pembahasan
Pembahasan
Kerangka
Teori
Membahas
teori perubahan sosial (social change
theory), August Comte (1798-1857) membagi dalam dua konsep penting; yaitu social
static (bangunan struktural) dan social dynamics (dinamika
struktural). Bangunan struktural merupakan hal-hal yang mapan, berupa struktur
yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya mengenai struktur
sosial yang ada dimasyarakat yang melandasi dan menunjang orde, tertib, dan
kestabilan masyarakat. Hasrat dan kodrat manusia adalah persatuan, perdamaian,
kestabilan atau keseimbangan. Tanpa unsur-unsur struktural ini kehidupan
manusia tidak dapat berjalan.[6]
Menurut
Ritzer, Perubahan adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala sesuatu
yang ada didunia ini akan selalu berubah. Perubahan dapat terjadi dengan
lambat, sedang atau keras tergantung situasi (fisik, buatan atau sosial) yang mempengaruhinya.
Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan
antar individu, kelompok, organisasi, kultur dan masyarakat pada waktu tertentu.[7]
Dalam
pembahasan istilah Perubahan Sosial (social
chsnge), kata social tidak sama
dengan societal, meskipun keduanya
berasal dari kata ‘socius’. ‘social’ berarti
segala sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama. Struktur
sosial mencakup interaksi sosial dan hubungan sosial. Interaksi
sosial mencakup interaksi lembaga sosial, individu dalam tata hubungan yang
dikendalikan oleh kepentingan tertentu. Interaksi sosial meliputi hubungan
antar lembaga, individu yang bersifat umum yang memiliki dasar kemasyarakatan.
Struktur sosial adalah suatu tatanan hierarchi
dari hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak
tertentu, di dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai
dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat.[8]
Sejarah
perubahan sosial budaya di Indonesia
Indonesia
memiliki sejumlah kerajaan, diantaranya; Samudera Pasai, Mataram, dan
Majapahit. Munculnya kerajaan-kerajaan ini terjadi setelah bagian-bagian tertentu
dari bangsa Indonesia menyerap konsep-konsep keagamaan dan ketatamasyarakatan
dari bangsa-bangsa lain. Telah terjadi dalam sejarah budaya indonesia bahwa
tarikan dari agama-agama besar di dunia (Kristen, Buddha, Hindu, dan Islam)
yang membawa sejumlah suku bangsa Indonesia ke dalam interaksi lintas budaya, pada
akhirnya menimbulkan perubahan-perubahan dalam tata masyarakat.[9]
Bersamaan
dengan penyerapan agama-agama baru tersebut diambil alih pula pengetahuan dan
penggunaan aksara (Pre-Negari, Pallawa, Arab). Hal inilah yang memungkinkan
kita sekarang dapat meperoleh data tekstual mengenai masa lalu. Tiga pengalaman
besar dalam akulturasi di Indonesia adalah: pertama, ketika menyerap agama
Hindu-buddha secara selektif, kemudian yang kedua adalah akulturasi dengan
peradaban islam, dan yang terakhir adalah akulturasi dengan kebudayaan Eropa
yang terjadi bersamaan dengan proses kolonialisasi dan penjajahan oleh
bangsa-bangsa Eropa.[10]
Budaya di
Indonesia sampai tahun 1800, terdiri dari tiga “nebula sosial-budaya” antara
lain : (1) Pembaratan (2) Jaringan Asia (Islam dan China dalam simbiosis yang
istimewa) dan (3) Idianisasi. Ketiganya saling berinteraksi dalam osmosis yang
terus menerus dengan keadaan lokal Jawa sendiri menjadikan kasus jawa sebagai
kasus yang istimewa. Dalam pengamatan yang dilakukan Lombard, di Indonesia
bentuk kebudayaan China dan kebudayaan Islam telah tercapai integrsi yang cukup
baik melalui interaksi yang sangat serasi antara penduduk keturunan China
dengan penduduk lokal (pribumi).[11] Kebudayaan Islam dan China sejak
lama mengalami integrasi dalam bentuk keharmonisan antar suku/budaya/agama
sampai 1672. Banyak masjid didirikan dengan tenaga dan arsitek dari China,
seperti halnya model klenteng dan ruko dibeberapa kota pelabuhan di Pantai
utara. Tidak terhitung lagi model akulturasi di Indonesia yang berkembang
sangat merakyat sehingga seringkali masyarakat melihat sebagai hal yang biasa.[12]
Selo Soemardjan melihat perubahan sosial di
Yogyakarta dengan mengetengahkan kekuatan politik dan pemerintahan Republik
Indonesia sebagai inovator proses perubahan. Hasrat yang kuat dalam masyarakat
dan kepercayaan kepada Raja menjadi faktor penentu yang sanggup mematangkan
rangsangan untuk menuju perubahan.[13]
Perubahan cepat atau lambat pasti akan terjadi. Perubahan
lambat disebut juga evolusi. Perubahan tersebut karena usaha-usaha masyarakat
dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah
perubahan pada struktur masyarakat. Masyarakat
ada yang menolak dan ada yang menerima perubahan tersebut. Walaupun demikian,
perubahan akan tetap berlangsung. Proses perubahan cepat disebut revolusi.
Contoh perubahan revolusi adalah penggunaan HP.[14]
Perubahan merupakan proses yang wajar.[15]
Munculnya
perubahan sosial budaya masyarakat di Indonesia didorong oleh kesadaran umat
manusia yang saling bergantung satu sama lain dalam setiap aspek kehidupannya.
Bersamaan dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi,
perubahan cepat telah terjadi. Teknologi informasi ini telah membawa
perubahan-perubuhan dalam proses pengolahan, penyimpanan, distribusi data dan
informasi. Data informasi telah dapat disimpan dan dikomunikasikan dalam jumlah
yang hampir tak terbatas dalam waktu yang relatif cepat.[16]
BAB III
Penutup
Penutup
Kesimpulan
Perubahan
adalah proses yang wajar, alamiah sehingga segala sesuatu yang ada di dunia ini
akan selalu berubah. Agama-agama
besar di dunia (Kristen, Buddha, Hindu, dan Islam) membawa sejumlah suku bangsa
Indonesia ke dalam interaksi lintas budaya, yang pada akhirnya menimbulkan
perubahan-perubahan dalam tata masyarakat. Bersamaan dengan penyerapan
agama-agama tersebut diambil alih pula pengetahuan dan penggunaan aksara.
Hasrat yang
kuat dalam kepercayaan masyarakat Indonesia kepada Raja menjadi faktor penentu
yang sanggup mematangkan rangsangan untuk menuju perubahan. Hasrat dan
kodrat manusia adalah persatuan, perdamaian, kestabilan atau keseimbangan. Munculnya perubahan sosial budaya
masyarakat di Indonesia didorong oleh kesadaran umat manusia yang saling
bergantung satu sama lain dalam setiap aspek kehidupannya. Perubahan sosial
budaya bertujuan agar kehidupan bisa selaras dengan perkembangan zaman.
DAFTAR PUSTAKA
Murniatmo, Gatut, Dampak
Globalisasi Informasi Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Di Daerah Istimewa Yogyakarta, Yogyakarta: CV.
Fica Sari, 1996.
Salim, Agus, Perubahan
Sosial: Sketsa Teori Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya,
2004.
Sedyawati, Edi, Budaya
Indonesia: Kajian Arkeolog, Seni, dan Sejarah, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2006.
Sztompka, Piotr, Sosiologi
Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada, 2007.
0 Response to "Perubahan Sosial Budaya Masyarakat Indonesia"
Post a Comment