Filsafat Komunikasi

adsense 336x280
Definisi Komunikasi
            Istilah komunikasi ada yang menyebut berasal dari kata communicare yang berarti menyampaikan pandangan. Sejalan dengan komunikasi dengn kata common yang berarti kesamaan. Secara kosa kata  ada beberapa sebutan seperti communicare, common, communism, community. Masing-masing memberi penekanan dari sisi tertentu. ada yang berorientasi pada kontrol, pengendalian, dan sebagainya. Pada sisi lain ada yang menekankan pada kesamaan, pendekatan yang humanistik.
            Secara etimologis, perkataan komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare” yang mempunyai arti berpartisipasi atau memberitahukan. Perkataan “communis” berarti milik bersama atau “berlaku dimana-mana”. Carl I.Hoveland seorang ahli Ilmu Jiwa pada Yale University berpendapat “communication is the process by which an individual transmit stimuly (usually verbal symbols) to modify the behavior of another individuals”. Warren Weaver berpendapat “communication is all of the procedure by which one mind can effect another” (komunikasi adalah semua prosedur dengan mana pemikiran seseorang dapat mempengaruhi yang lainnya).[1]
            Harold Laswell (1972) dalam karya nya The Structure and Function of communication in Society, dengan model komunikasi nya, memberikan pengertian komunikasi dalam pernyataan “who says to whom in what channel with what effect”. Komunikasi sebagai suatu proses penyampaian pesan dari komunikator yang di tujukan kepada komunikan melalui media atau saluran yang menimbulkan efek tertentu. Astrid S.Susanto menyatakan bahwa proses komunikasi banyak di sebut-sebut sebagai asal muasal dari hampir semua permasalahan dalam organisasi atau badan usaha serta manajemen, tetapi pada umumnya kurang di pahami. Komunikasi yang efektif merupakan dasar utama untuk mencapai tujuan organisasi, walaupun komunikasi tetap merupakan masalah besar bagi organisasi.
            Dalam littlejohn di bedakan menjadi tiga model dalam memahami apa yang di maksud komunikasi dengan penekanan masing-masing. Yaitu receiver model, sender model, dan behavioral model.
Ø  Receiver model merupakan suatu text, yang tidak di snegaja, di tangkap oleh individo. Terjadi proses pembentukan makna pada diri seseorang, maka di katakan sudah terjadi proses komunikasi.
Ø  Sender model merupakan seseorang menyampaikan pesan, secara sengaja tapi tidak di tangkap atau di maknai orang lain. Jadi disini pembentukan makna hanya terjadi pada diri pembuat pesan.
Ø  Sender Receiver Behavioral Model merupakan seseorang menyampaikan pesan dengan sengaja, apakah non verbal maupun verbal kemudian di tangkap orang lain, apakah sekilas ataukah secara penuh. Inilah model komunikasi yang paling sempurna.
Intinya adalah komunikasi yang ada yang terjadi pada komunikator ketika membuat pesan secara sadar. Dalam hal lain, terjadi pada diri komunikan dalam meresepsi pesan secara sadar. Atau kedua unsur komunikator membuat dan menyampaikan pesan secara sadar dan komunikan meresepsi secara sadar pula.[2]
            Ilmu komunikasi, sebagai ilmu pengetahuan tidak boleh mempunyai kepentingan golongan dan hanya bertujuan mengabdi kepada seluruh masyarakat. Tujuan pendidikan ilmu komunikasi :
ü  Menjaga dan menjunjung tinggi mutu profesi, yaitu dengan berpegang pada obyektivitas ilmiah dan masyarakat PANCASILA bebas dari kepentingan pribadi atau golongan, mengabdi kepada masyarakat sesuai dengan masing-masing spesialisasi.
ü  Menjalankan praktek komunikasi sesuai dengan “highest professional standards” yang di kenal.
ü  Menyelidiki perkembangan komunikasi khususnya media masa di Indonesia.
ü  Tidak bertujuan menyendiri dari masyarakat atau menganggap dari “superior” melainkan justru menjadi penghubung antara instansi-instansi yang ada serta menolongnya dengan saran dan pre-advice.
ü  Meningkatkan perkembangan ilmiah dan riset dalam bidang komunikasi.
ü  Pada penyelewengan oleh anggota profesi maka dapat di usulkan pencabutan titel sarjananya kepada alma maternya.[3]
Sejarah Perkembangan Ilmu Komunikasi
            Ilmu komunikasi merupakan ilmu pengetahuan yang tergolong muda. Sekalipun pada sisi yang lain, sejarah perkembangan ilmu komuniksi sudah tua sejak masa Yunani dan baru di rumuskan dalam era modern sebagai ilmu baru sejak dekade PD II. Sejumlah karya ilmiah telah menjadi karya klasik dalam ilmu komunikasi seperti The People Choice, The Passing of Traditional Society, Mass Media and National Development, Personal Influence, Understanding Media, The Process and Efect of Communication, Public Opinion, dan sebagainya.
            Demikian pula seperti Paul F.Lazarfeld, Wilbur Schramm, Harold Lasswell, Walter Lippmann, Bernard Berelson, Carl Hovland, Elihu Katz, Daniel Lerner, David K. Berlo, Shnnon, McComb, George G.Gebner, dan sebagainya telah dikenal sebagai tokoh-tokoh dalam kajian ilmu Komunikasi.[4]
            Dewasa ini kita memerlukan untuk memahami tentang pentingnya memperhatikan kajian komunikasi yang lebih komprehensif. Bahwa komunikasi massa hanyalah salah satu bidang kajian dalam ilmu komunikasi. Padahal di sebutkan bahwa awal abad 20 kajian lebih banyak tentang fenomena retorika. Sementara tahun 70’an mulai muncul kajian tentang komunikasi antar personal. Satu hal penting pula yang perlu di paparkan bahwa terjadi pergeseran penting dalam pandangan mengenai komunikasi di Amerika. Yakni pada awalnya, pemahaman tentang komunikasi berangkat dari pandangan yang humanistik sebagaimana di kembangkan kelompok Chicago. Tapi dengan munculnya kelompok administrative riset di masa propaganda tahun 40’an, terjadi perubahan cara pandang terhadap makna komunikasi. Menurut Everret M. Rogers, dewasa ini model komuniaksi sebagai pemaknaan (meaning) juga mulai mendpat tempat kembali. Pendekatan yang lebih interpretatif yang kembali merujuk pada Max Weber, dan semacamnya.[5]
            Komunikasi harmonis dapat berlangsung, apabila komunikatir dan komunikan memberi arti yang sama kepada lambang yang sama karenanya maka perlu sekali bahwa sebelum berkomunikasi, orang mempelajari arti dari setiap lambang. Pangkal komunikasi yang harmonis adalah berpikir secara analitis, logis dan kreatif. Setiap penggunaan proses komunikasi, mau tidak mau setiap komunikan dna komunikator haruslah mendengar dengan teliti, menyelidiki dengan mendalam, menganalisa hubungan dan sangkut-paut apa yang telah di katakan dengan apa yang telah di alami oleh pembicara.
            Berfikir secara logis berarti mengadakan seleksi dari fakta ataupun pendapat yang dimilikinya, menyusun fakta atau rangkaian kejadian yang di ketahuinya sedemikian rupa. Sehingga, sebagai satu kesatuan data dan fakta tidak akan merupakan suatu rangkaian yang bertentangan satu sama lain. Orang di anggap berkomunikasi secara logis adalah :
v  Ia berfikir sesuai dengan hal-hal yang telah terbuktikan sebelumnya.
v  Ia dapat memberi pembuktian berupa hal-hal yang telah di terima oleh masyarakat umumnya, ataupun membawa sesuatu yang tidak bertentangan dengan pendapat yang tersebar.
v  Ia dapat memberi/menggunakan bukti yang dimilikinya dengan tepat.
Jelas bahwa seseorang dapat mengadakan komunikasi apabila menurut anggapan orang lain ia dapat merangkaikan fakta yang dimilikinya dengan penggunaan dan penyusunan faktanyta secara tepat pula. Bila di tinjau dari sejarah filsafat, maka akan di ketemukan usaha penyelesaian/perumusan idea antara lain pada LOCKE, BEACON dan KANT.[6]



Menurut LOCKE idea adalah setiap faktor yang dapat menyebabkan manusia berpikir. Menurut LOCKE idea di bagi menjadi tiga yaitu :
*      Simple ideas (idea sederhana) : bila dari sesuatu di terima lebih dari satu rangsangan maka yang di terima adalah
*      Complex idea : (contoh, melihat televisi adalah menerima rangsangan melalui telinga dan mata).
*      Compound ideas : (bila persoalan yang didiskusikan di televisi adalah kenaikan harga bensin, dan di hubungkan diskusi itu dengan apa yang di ketahui dari pengalaman sebelum melihat televisi).
Menurut KANT, maka apa yang manusia ketahui tentang sesuatu adalah hanya existensinya, yaitu bahwa sesuatu benda ada, tetapi tidak tahu bagaimana benda itu sebenarnya. Menurut KANT, segala rangsangan yang tidak di organisir atau tidak di koordinir dalam diri manusia, hanya akan mengakibatkan kekacauan. Sebagai tingkat terendah dari pengalaman manusia di sebutnya sensasi, yaitu hasil rangsangan terhadap indera manusia. Menurut KANT :
§  Sensasi merupakan stimulus yang tidak di tertibkan
§  Presepsi adalah sensasi yang telah di atur
§  Konsepsi adalah presepsi yang di kategorisasi
§  Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang di organisir
§  Kebijaksanaan adalah organisasi dari hidup manusia
Pemikiran KANT idea di bagi dalam :
a)      Lamunan : reverie atau daydreaming
b)      Keputusan yang di ambil (decision)
c)      Rasionalisasi : proses menemukan untuk menguatkan pendapat diri
d)      Pemikiran kreatif : terbuka untuk pemikiran orang lain, pengetahuan yang obyektif, mencari alternatif atau mencari fakta[7]
Idea adalah materi penelitian Ilmu Komunikasi seperti di ketahui PLATO bercita-cita bahwa manusia berusaha mendekati Ideon dan Eidos(Tuhannya zaman Yunani Kuno). ARISTOTELES yang melihat segala-galanya dalam hubungan alam semesta dari segi morphe (bentuk) dan nus (kamauan/jiwa penggerak dan pendorong), nus adalah selalu dalam usaha penyempurnaan dirinya agar bisa melepaskan diri dari “morphe” dan hanya hidup dalam alam “nus”. Kedua filsuf ini berpendapat bahwa eidos dan nus justru karena sifat non-materinya lebih mampu mengubah alam materi dan non-materi. Eidos dan nus di ketemukan dalam rasio manusia manusia yaitu dalam bentuk idea.

Metode proses berpikir mencakupi kegiatan :
                    I.            Metode Deduksi : lawan dari proses induksi (yakni proses pemaparan dari hal-hal yang umum, menarik kesimpulan untuk hal-hal yang khusus).  Bahayanya tidak di ketahui nya dengan pasti apakah data yang dimiliki adalah representatif atau tidak dan dapat di proyeksikan atas faktor-faktor yang khusus.
                  II.            Metode Induksi : berpangkal dari himpunan data khusus, yang memperlihatkan gejala yang sama dengan kejadian yang terjadi pada saat di berbagai tempat sama secara berulang dan akhirnya dari totalitasnya dapat di tarik kesimpulan yang umum. Bahayanya tidak di ketahui nya dengan pasti apakah jumlah kejadian dan data yang dimiliki adalah cukup banyak untuk di nilai sebagai representatif dan bukan merupakan faktor kebetulan saja.[8]
Perkembangan Kajian Komunikasi
            Julia Wood mengamati perkembangan kajian komunikasi dalam perkembangan trend berikut ini. Pada dekade 40-an, perhatian ilmuwan banyak mengenai upaya memahami obedience, conformity, dan prejudice.  Bertentangan dengan teori-teori komunikasi barat yang menekankan pada perhatian utama pada pemunculan diri (self disclosure), ahli teori Timur telah menunjukan sedikit minat pada penunjukan (revelations) pribadi dan menunjukan emosi yang menunjukan kemarahan (frowned upon) pada masyarakat Timur.
Kajian Komunikasi di Indonesia
            Kajian komunikasi sebagai sebuah kajian teoritis terus menerus di kembangkan. Di Indonesia, aktivitas ilmiah dalam kajian komunikasi dapat dilihat melalui kegiatan yang diadakan oleh kampus dan ISKI atau Perhumas. Bahkan tampak pula kemunculan lembaga baru humas yaitu Public Relation Society of Indonesia yang di ketuai August Parengkuan dan sakjennya adalah Magdalena Wenas, seorang praktisi PR senior Indonesia.
Mengajar Ilmu Komunikasi dan Cultural Studies
          Belajar ilmu Komunikasi dewasa ini kita berada dalam suatu pola baru. Artinya, tidak hanya belajar apa yang di sebut sebagai ilmu komunikasi tapi sekaligus juga cultural studies. Dasarnya adalah apa yang berkembang dewasa ini dalam pendidikan tinggi komunikasi yang mulai mengangkat tema-tema kajian yang popular dari tradisi cultural studies. Ini mengacu pada perdebatan yang pernah terjadi pada dekade 60-an dengan tokoh utamanya Raymond William. [9]
FILSAFAT
            Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Bidang filsafat sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat di jangkau oleh pikiran. Filsafat menggunakan bahan-bahan deskriptif yang di sajikan bidang-bidang studi khusus dan melampaui deskripsi tersebut dengan menyelidiki atau menanyakan sifat dasarnya, nilai-nilai nya dan kemungkinannya. Tujuannya adalah pemahaman dan kebijaksanaan.
            Filsafat komunikasi misalnya adalah suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya. Filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dan pemahaman tentang moral, estetik dan agama. Para filsuf telah mencari suatu pandangan tentang hidup secara terpadu, menemukan maknanya serta mencoba memberikan suatu konsepsi yang beralasan tentang alam semesta dan tempat manusia di dalamnya. [10]




[1] Mohammad Zamroni.FILSAFAT KOMUNIKASI Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis.
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) Hlm 4
[2]Ibid., hlm 5-6
[3] Phil. Astrid S. Susanto.FILSAFAT KOMUNIKASI.(Bandung: Binacipta, 1976) hlm 46-47
[4] Mohammad Zamroni. FILSAFAT KOMUNIKASI Pengantar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis.
(Yogyakarta : Graha Ilmu, 2009) hlm 9
[5]Ibid., hlm 11-12
[6] Phil. Astrid S. Susanto.FILSAFAT KOMUNIKASI.(Bandung : Binacipta, 1976) hlm 23
[7]Ibid., hlm 23-25
[8]Ibid., 28-29
[9]Ibid., 13-19
[10]Ibid., hlm 25
adsense 336x280

0 Response to "Filsafat Komunikasi"

Post a Comment